Rabu, 22 Juli 2009


CINTA YANG SESUNGGUHNYA

Jamal jadi salah tingkah. Sepertinya Jamal menyadari kesalahannya. Heti masih menunggu beberapa saat untuk Jamal meralat lagi perkataanya, tapi Jamal memang tak mau melakukannya.

“Don, kita duduk di sana, yuk.” Heti menunjuk sepetak
taman yang dikelilingi pagar besi. Di taman itu
terdapat sebuah bangunan berukuran kecil berbentuk
kotak yang di atasnya menempel empat patung pahlawan
yang berasal dari daerah ini di masa Penjajahan
Belanda.
“Yuk.” Doni mendorong sepeda motor yang mesinnya
telah mati itu ke pinggir dan menstandarkannya. Kedua
muda-mudi ini pun pergi menuju bangunan itu. Lewat
pintu pagar yang dibiarkan terbuka mereka masuk. Pada
tonjolan semen yang memagari bunga-bunga dan tepat
berada di bawah bangunan itu, keduanya duduk melepas
lelah. Pinggang keduanya terasa pegal setelah hampir
dua jam dengan mengendarai sepeda motor mengelilingi
kota kecil ini.
“Kamu haus?” Doni menatap wajah Heti.
Heti mengangguk.
“Tunggu di sini.” Bergegas Doni pergi.
Baru juga Doni melangkah beberapa langkah Heti
bertanya, “Mau ke mana?”
Tanpa menghentikan langkah kepala Doni menengok.
“Beli minuman!”
Heti menatapi berpasang-pasang muda-mudi yang lalu
lalang dengan bergandengan mesra melintas tak jauh
dari taman tempatnya duduk. Pada malam Minggu,
alun-alun ini oleh para remaja yang kasmaran memang
dijadikan sebagai tempat memadu kasih. Mungkin alasan
para remaja memilih tempat ini, karena tempat ini
cukup nyaman dan jajanannya murah meriah. Sedangkan
jika berpacaran di kafe-kafe harus memesan minuman
atau makanan yang harganya lumayan mahal.
Tak begitu lama, Doni sudah kembali dengan dua
plastik es teh botol di kedua tangannya. Doni
menyerahkah seplastik pada Heti. Heti menerimanya dan
lewat sedotan langsung meminumnya. Doni duduk di
sebelah Heti sambil meminum es teh botol juga.
Keduanya tampak asyik menghilangkan rasa haus
masing-masing tanpa sepatah kata pun yang terucap.
Namun, dalam diamnya itu, sesungguhnya Doni tengah
merenungi arti kebersamaanya selama hampir satu bulan
ini bersama Heti.
Sebenarnya, ingin rasanya Doni menanyakannya pada
Heti, tapi keberanian untuk itu tak kunjung hadir.
Ya, Doni memang benar-benar tak mengerti mengapa
perkenalannya dengan gadis secantik Heti sebulan lalu
begitu mudahnya. Semua berawal dari Heti yang sebulan
lalu mencari alamat kos teman satu sekolahnya dan
nyasar ke rumah Doni. Doni yang kebetulan tahu alamat
yang disebutkan Heti langsung mengantar Heti ke
tempat kos tersebut yang memang berada di
perkampungan tempat Doni tinggal. Setelah sampai di
tempat kos itu, Heti mengucapkan terima kasih dan
memperkenalkan diri. Doni pun menyebutkan namanya.
Sebelum Doni kembali ke rumahnya, Heti memberikan
nomor telepon rumahnya dan meminta Doni jika punya
waktu meneleponnya. Selama beberapa hari, Doni
mempertimbangkan menelepon Heti atau tidak. Tapi
akhirnya, Doni memutuskan untuk menelepon Heti dengan
berlagak menanyakan kabar Heti. Dan di telepon itulah
Heti meminta pada Doni diajak jalan-jalan. Heti
mengatakan tidak mempunyai teman cowok. Walau tidak
begitu percaya dengan pendengaranya Doni pun
menyetujuinya. Heti meminta Doni menjemputnya di
sebuah tempat. Berawal dari itulah selama sebulan
ini, Heti dan Doni lebih dari sepuluh kali
menghabiskan waktu malam mereka berdua.
“Abis ini kita ke mana lagi?” tanya Heti dengan
menatap wajah Doni. Doni yang tengah melamun seraya
meminum es teh botol ini sedikit terkejut karena
pertanyaan itu.
“Apa?”
“Abis ini kita ke mana lagi?” ulang Heti.
“Kita pulang aja, ya?”
“Kok buru-buru? Ini kan malam Minggu.”
“Udah malem. Aku takut orangtuamu mengkhawatirkanmu.”
Heti menatap mata Doni yang tengah menatapnya. Dari
sorot mata Doni itu, Heti menemukan kesungguhan dari
ucapan Doni barusan. Heti merasakan Doni sebagai
cowok yang pengertian.
“Oke deh kita pulang.”
Doni mendahului bangkit. Heti mengikuti. Keduanya
berjalan menuju sepeda motor yang terparkir tak jauh
dari tempat itu.
Heti benar-benar dalam keadaan bingung. Pasalnya, jam
tujuh malam nanti, Jamal, kekasihnya, minta ketemuan
di GR Ciceri untuk nonton konser Radja. Padahal, pada
jam yang sama,
Heti juga punya janji mengantar Doni ke rumah sakit
menengok kawannya yang dirawat karena tabrakan.
Sebenarnya, Heti sudah menolak keinginan Jamal itu,
tapi Jamal bersikeras agar Heti datang. Jamal
mengancam putus jika Heti sampai tak datang. Selama
sebulan ini, Jamal memang sudah terlalu sabar
menghadapi sikap Heti yang seringkali membatalkan
janjinya. Heti pun menyadari itu. Selama sebulan ini,
setiap kali Doni mengajaknya keluar, Heti pasti
membatalkan janjinya terhadap Jamal. Ya, ini semua
dilakukannya bukan lantaran Heti sudah tak cinta lagi
pada Jamal, tapi karena ia sudah berjanji dengan
Seruni, sahabatnya yang juga adik kandung Doni, untuk
menemani selama sebulan ini ke mana pun Doni minta
ditemani tanpa boleh menolak. Dan sebagai imbalannya,
Heti menerima uang di muka sebesar dua ratus ribu.
Seruni melakukan itu karena Seruni tak ingin melihat
kakaknya terus-terusan murung akibat dikhianati
kekasihnya yang pacaran lagi. Makanya, Seruni
membuatkan skenario perkenalan Jamal dan Heti. Seruni
berharap luka hati kakaknya itu dapat terobati dengan
kehadiran gadis secantik Heti.
Sebenarnya, Heti ingin menolak uang pemberian Seruni
yang sebesar dua ratus ribu itu. Karena Heti pikir,
untuk membantu sahabat tak perlu pamrih. Tapi, Seruni
terus memaksanya untuk menerima uang itu. Seruni
beralasan, uang itu bukan bayaran tapi wujud terima
kasihnya. Tapi, itu kan hanya kemasan bahasa saja,
intinya tetap sama. Heti yang kebetulan memang tengah
memiliki hutang akibat menjatuhkan HP kawanya hingga
rusak, menerima juga uang itu dan uang itu ia gunakan
untuk membetulkan HP tersebut.
Saat Doni datang dengan motor bebeknya di depan
rumah Heti, Heti sudah rapi berpakaian dengan duduk
di ruang teras. Namun, sampai saat ini Heti masih
bingung untuk menetukan pilihan, mengantar Doni ke
rumah sakit atau memenuhi keinginan Jamal menonton
konser Radja. Jika mengantar Doni ke rumah sakit,
sebagai resikonya, Heti harus rela putus dengan
Jamal, sedangkan jika memenuhi keinginan Jama,l
berarti Heti mengingkari janjinya pada Seruni. Ah,
Heti benar-benar bingung.
Heti bangkit menghampiri Doni. Kebingungan masih
terlukis di wajahnya. Doni menangkap juga pancaran di
wajah Heti itu.
“Kamu kenapa?” tanya Doni menyelidik.
“Enggak kok, enggak kenapa-napa.”
“Ada sesuatu yang membebani kamu?”
Heti mencoba tersenyum. “Enggak ada apa-apa, kok,
Don. Aku hanya bingung nyari cincin emasku.
Sepertinya aku lupa naro.”
“Apa kita cari dulu?”
“Enggak usah, deh, nanti juga ketemu.” Heti naik di
boncengan.
“Kamu udah pamit dengan kedua orangtuamu?”
Heti mengangguk. Ya, setiap kali Doni hendak pergi
bersama Heti, Doni selalu menanyakan hal ini.
Doni menarik gas motornya. Motor itu pun melaju
menyusuri gang menuju jalan raya.
Selama dalam perjalanan menuju rumah sakit, Heti
masih bingung. Sungguh ia pun tak ingin sampai putus
dengan Jamal hanya gara-gara hal seperti ini. Ya,
bagaimana pun Heti memang mencintai Jamal. Tiba-tiba
saja di benak Heti muncul sebuah rencana.
Heti menepuk bahu Doni. “Don, bisa antar aku sebentar
enggak?”
“Ke mana?”
“Ke GR Ciceri.”
Doni mengangguk. Tanpa banyak tanya lagi, Doni
membelokkan laju motornya menuju GR Ciceri.
“Berhenti di sini, Don.”
Doni menuruti keinginan Heti dengan mengerem
motornya. Heti melompat turun.
“Tunggu di sini, ya, Don.”
Doni mengangguk. Bergegas Heti pergi menuju suatu
tempat berniat menemui Jamal.
Di kawasan GR telah dipenuhi ratusan bahkan mungkin
ribuan calon penonton yang sembilan puluh persennya
terdiri dari usia remaja. Heti berhenti, kepalanya
clingukan. Belasan meter di depan orang yang
dicarinya tengah duduk di bangku penjual makanan.
Segera Heti menghampirinya.
“Mal,” pangil Heti.
Yang dipanggil menolehkan kepalanya. Senyumnya mekar.
“Kukira kamu enggak datang.”
“Justru aku datang ke sini ingin menjelaskan sesuatu
sama kamu.”
“Menjelaskan apa lagi?” Dahi Jamal berkerut.
“Sorry, ya, Mal, aku enggak bisa ikut nonton konser,
aku harus nengokin sahabatku yang tabrakan dan kini
tengah dirawat di rumah sakit.” Heti memasang mimik
wajah memelas. Dengan begitu, ia berharap Jamal mau
mengerti.
“Aku tuh udah beli karcis dua, Het. Nengoknya nanti
aja kan bisa.”
“Mal… luka sahabatku itu parah, aku takut….”
“Keburu meninggal?” potong Jamal. “Kalau keburu
meninggal itu namanya takdir. Dan kamu ditakdirkan
untuk tidak menengoknya.”
Heti tak mengira Jamal sebegitu egoisnya. Percuma
saja Heti berbohong dengan mengatakan yang tabrakan
sahabatnya. Ternyata, Jamal tak memiliki keperdulian
pada sesama!
“Udah telat lima menit nih, yuk.” Jamal menarik
lengan Heti menuju pintu masuk gedung tempat konser
Radja yang sebentar lagi dimulai itu. Dan Heti hanya
bisa menurut tanpa dapat berbuat apa-apa lagi, hanya
batinnya yang mengkhawatirkan Doni. Sementara
titik-titik air dari langit mulai jatuh membasahi
bumi yang kian lama kian membesar. Heti berharap Doni
pulang karena hujan ini.
Pada pukul sembilan konser Radja selesai. Para
penonton berdesakkan keluar dari gedung. Begitupun
dengan Heti dan Jamal. Sesampainya sepasang kekasih
ini di luar keadaan telah becek dan di jalanan yang
berlubang tergenangi air. Saat sepasang kekasih ini
berada di dalam gedung menonton konser Radja hujan
deras memang turun.
“Hai, Jamal!”
Jamal yang tengah menggandeng mesra Heti menolehkan
kepalanya ke arah suara yang memanggilnya. Heti pun
melakukan hal yang sama. Berjarak sekitar lima
meteran seorang gadis berdiri dengan tersenyum manis
pada Jamal. Jamal pun balas tersenyum. Gadis itu
berjalan menghampiri.
Heti memperhatikan gadis itu dari kaki sampai kepala.
Gadis itu benar-benar cantik seperti anak indo.
“Kamu masih ingat aku?” ucapnya saat telah berada di
dekat Jamal.
“Tentu saja aku ingat.”
Mendengar perkataan Jamal senyum gadis itu makin
mekar.
“Oh iya, kamu ke sini dengan siapa?” tanya Jamal
menyadari gadis itu hanya sendirian.
“Sendiri.”
“Kok sendirian?”
“Iya… sebenarnya aku tuh ke sini nyariin kamu. Tadi,
sekitar pukul tujuh aku nelepon ke rumahmu. Kata
orang rumah, kamu ke sini. Ya, aku ke sini nyari kamu
dan aku juga nonton konser.”
“Kamu masih nyimpen nomor telpon rumahku rupanya,”
ucap Jamal pada raut wajahnya tergambarkan
kebanggaan.
“Ini….” Gadis itu menunjuk Heti.
“Temen,” potong Jamal.
“Apa!” Heti benar-benar tak terima dibilang temen di
depan gadis cantik itu.
Ditatapnya wajah Jamal lekat. Jamal jadi salah
tingkah. Sepertinya, Jamal menyadari kesalahannya.
Heti masih menunggu beberapa saat untuk Jamal meralat
lagi perkataanya, tapi Jamal memang tak mau
melakukannya. Mungkin karena berada di depan gadis
cantik ini, Jamal tak mau melakukannya. Dengan hati
hancur, Heti pergi meniggalkan tempat itu.
Heti berjalan tergesah menuju jalan raya. Ia
benar-benar tak mengira Jamal akan berbuat seperti
itu hanya karena di depan seorang gadis cantik.
Tiba-tiba saja sebuah suara memangil namanya, “Heti!”
Heti menoleh. Di sebuah halte Doni tengah duduk. “Oh,
Tuhan, apakah di tempat itu ia duduk menungguku?”
batin Heti. Pukul tujuh tadi ia memang meminta Doni
menunggunya di sekitar tempat ini. Heti segera
berjalan menghampiri Doni. Doni pun segera bangkit
dari duduknya.
“Sedang apa kamu di sini, Don?” tanya Heti masih
belum mengerti. Matanya menatap wajah Doni, yang
masih menyisakan rona kecemasan.
“Aku menungumu di sini.”
“Kenapa masih menungguku?” Heti benar-benar tak
mempercayai kekonyolan Doni yang demi menunggunya
rela berada di tempat ini selama dua jam.
“Sebenarnya, aku sudah sejak tadi ingin pergi, tapi
saat perginya kamu kan bersamaku. Nanti apa yang akan
aku pertanggungjawabkan di depan kedua orangtuamu
jika terjadi apa-apa. Terlebih aku memang ingin
memastikan tak terjadi apa-apa dengan kamu.” Sisa
kecemasan di wajah Doni mulai memudar berganti dengan
rona keceriaan.
“Sebegitu bertanggungjawabnya dan perhatiannya kamu,
Don,” jerit Heti dalam hati. Tanpa sadar, ia peluk
tubuh Doni. Namun, segera ia melepaskan kembali
pelukannya, karena pakaian Doni lembab. “Kenapa
bajumu agak basah?”
“Tadi, saat hujan gerimis aku pergi mencari kamu, aku
kawatir terjadi apa-apa dengan kamu.”
“Tentu saja kamu tak ‘kan menemukan aku, karena aku
berada di dalam gedung menonton konser. Maafkan aku,
Don,” sesal Heti dalam hati. Heti pun kembali memeluk
Doni erat-erat tak peduli pakaian Doni yang lembab.
Perlahan air matanya luruh bersama cintanya pada Doni
yang mulai tumbuh. Dan dalam hatinya, Heti berkata,
“Ni, mulai saat ini cintaku pada Doni bukanlah sebuah
sekenario yang kamu buat, tapi cinta yang
sesungguhnya.”



Jumat, 03 Juli 2009

FRIEND PLEASE TRUST ME

Gue nggak mau lagi duduk sebangku sama pagar yang tega makan tanaman. Mendingan elo jadi kambing, gue masih bisa maklum. Karena kambing tuh memang makan tanaman, kalau pagar?


Sebuah tepukan keras di pundak Ning membuatnya terkejut. Saat ia membalikkan badan, dilihatnya sosok Yuli yang sedang berdiri di belakangnya dengan tatapan mata penuh amarah. Ning tersenyum tipis, “Pasti deh sedang ada masalah dengan anak ini,” batin Ning.
“Ngapain elo senyum-senyum gitu! Lagaknya seperti orang nggak punya salah saja!” bentak Yuli keras. Membuat teman-temannya yang kebetulan berada di dalam kelas merasa heran, Yuli marah sama Ning? Rasanya tak kan ada yang percaya kalau tidak menyaksikan sendiri. Siapa pun penghuni sekolah SMU Negeri 1 Purbalingga ini tahu siapa Dwi Bina Yuli Margarini dan Yatiningrum. Persahabatan mereka sudah seperti saudara sekandung, di mana ada Ning pasti di situ ada Yuli begitu juga sebaliknya, tapi sekarang?
“Gue nggak ngerti deh yang elo omongin,” Ning berusaha meredam emosi sahabatnya.
“Kalau gue katakan ini tentang Agil? Elo masih mau bilang nggak ngerti juga?” tanya Yuli dengan senyum mengejek. “Agil? Jadi ini semua masalah tentang Agil,” batinnya.
“Heh! Gue tanya sama elo!” kembali Yuli menyerang.
“Ini pasti salah paham,” batin Ning.
“Tenang, Yul. Gue yakin ini pasti terjadi salah paham!”
“Salah paham apa? Elo jangan coba nutupin kebusukan hati elo, dong!

” Ning terkejut mendengar omongan Yuli yang terdengar sangat kasar di telinganya. Selama ini, belum pernah Yuli berkata sekasar itu padanya. Yuli bilang hatinya busuk? Sebesar itukah kesalahanku padanya? Sahabatnya sendiri meragukan ketulusan hatinya, bagaimana mungkin?
“Elo kenapa sih mesti tikam gue dari belakang? Elo ngomong baik-baik pun gue akan ngerti kok perasaan elo!“ Ning masih tak mengerti arah pembicaraan Yuli.
“Maksud elo apa, sih, Yul! Kok nyangkut perasaan gue, perasaan apa? Omongan elo makin ngawur!” Yuli mendengus kesal rasanya amarahnya semakin memuncak saja.
“Masih tanya lagi! Elo cinta kan sama Agil?” ucap Yuli akhirnya, yang membuat jantung Ning hampir melompat dari tempatnya berdetak. Untung bel masuk cepat berbunyi, Yuli mengambil tas dari laci mejanya. Ning mencekal pergelangan tangan sahabatnya. Tapi, Yuli menatap benci ke arah Ning.
“Gue nggak mau lagi duduk sebangku sama pagar yang tega makan tanaman. Mendingan elo jadi kambing, gue masih bisa maklum. Karena kambing tuh memang makan tanaman, kalau pagar? Elo ingin tahu? itulah diri elo, Ning!” Yuli menepis tangan Ning kasar. Ning hanya terdiam, ia tak mampu berkata apa-apa. Agil? Semua ini karena cowok itu, bagaimana pun ia harus berusaha untuk menyelesaikan masalah ini. Ia tidak ingin persahabatannya dengan Yuli hancur karena masalah cowok yang nggak pantas untuk dicintai.

Memang tiga hari lalu, Ning sempat bicara dengan Agil saat cowok itu datang ke rumahnya. Tanpa basa-basi, cowok itu berterus terang, selama ini ia mencintai Ning. Ia jadian dengan Yuli hanya untuk mendekatinya. Dengan pede-nya, Agil ngomong, dia tuh tahu Ning suka padanya sama seperti dirinya.
“Sudah, deh! Elo terima saja cinta gue, dan mulai sekarang kita jadian. Soal Yuli… dia pasti mau ngerti, kok. Gue yakin, dia kan sahabat elo! Yuli pasti nggak keberatan,” enteng sekali Agil ngomong tanpa mau mempedulikan perasaan Ning saat itu.
“Jadi elo mau main Sephia-sephiaan, nih?” ujar Ning. Agil hanya menatapnya tak berkedip. Mukanya pede banget, ia yakin, Ning mau menerima cintanya. “Dasar cowok nggak punya malu!” rutuk Ning penuh amarah.
“Elo tuh brengsek tahu nggak, sih? Kalau Yuli tahu sifat asli elo saat ini, dia pasti nggak akan sedikit pun memberikan hatinya pada buaya macam elo!” Ning terlihat emosi saat itu. Rasanya, ingin sekali meninju wajah Agil hingga nggak berbentuk.
“Jadi elo nggak mau nerima cinta gue?” tantang Agil. Ia berdiri dari duduknya.
“Oke kita lihat siapa yang lebih dipercaya Yuli, gue atau elo!” belum sempat Ning mengeluarkan kata-kata, Agil sudah meninggalkan rumahnya dengan deru motornya. Ning tersadar, rupanya ini arti omongan Agil beberapa hari lalu. Dan saat ini, omongan itu telah dibuktikannya. Ia berusaha memisahkannya dari Yuli, ia meracuni pikiran Yuli dengan mengatakan Ning ingin merebut Agil dari hatinya, culas sekali!

“Yuli, tolong jangan tutup telepon ini. Gue ingin ngomong sama elo, beri kesempatan pada gue untuk jelasin semua kesalahpahaman ini,” Ning memohon.
“Sebelum elo ngomong, biar gue yang ngomong. Pernahkah gue nyakitin hati elo? Pernahkah gue jahatin elo? Elo nggak perlu jawab karena gue yang akan menjawabnya sendiri, nggak pernah, kan? Tapi sekarang kenapa elo membuat hati gue sakit, Ning? Dalam diri gue, adakah yang kurang sebagai sahabat? Gue selalu mendukung elo kalau elo seneng. Gue selalu ada di samping elo tiap elo punya masalah, gue selalu ada Ning. Tapi kenapa? Kenapa elo lakukan semua ini pada diri gue?” Nada suara Yuli terdengar bergetar. Ning tak tahan lagi mendengar omongan Yuli. Hatinya terasa teriris sembilu yang lebih tajam daripada pedang. Perlahan, ia lepas horn telepon dari tangannya tak dipedulikannya Yuli yang seakan sedang menghakimi dirinya. Percuma, ia bicara dengan Yuli, dia tak ‘kan pernah mau mengerti. Yuli sama sekali tidak mau mendengar penjelasannya.
“Kamu Ning? Ada apa? Siap jadi Sephia?” ejek Agil tanpa beban saat sore itu Ning nekat datang ke rumah Agil. Ning menatap Agil dengan penuh kebencian.
“Cara elo busuk banget! Kenapa sih elo mau menghancurkan persahabatan gue ama Yuli, salah gue apa?”
“Salah elo nggak banyak, Ning. Cuma satu! Elo nolak cinta gue!” tutur Agil singkat. “Andai saja Yuli tahu sifat elo, dia nggak akan sudi menjalin hubungan cinta sama elo!”

“Buktinya dia mau, kan? Selama ini nggak pernah ada yang menolak cinta gue, cuma elo, Ning!” Agil tersenyum penuh kemenangan. “Karena hati gue nggak buta, Gil!” balas Ning tajam. Mereka berdua tidak menyadari sosok Yuli sudah berada di tengah mereka. Yuli memegang tangan Ning, Agil dan Ning menjadi terkejut. Agil terlihat gusar dengan kedatangan Yuli yang tanpa diduga.
“Elo benar, Ning! Mata hati gue buta karena menerima cinta palsu cowok brengsek ini!” Yuli penuh amarah, matanya menyambar tajam ke arah Agil yang terlihat gugup.
“Gue telah mendengar sendiri, dan itu cukup bagi gue. Gue nyesel banget menempatkan cinta gue pada orang yang salah. Ayo, Ning, kita tinggalkan cowok nggak berguna ini!” Yuli menarik tangan Ning dan meninggalkan Agil yang terbengong sendiri di tempatnya berdiri.
Di sepanjang perjalanan pulang, berkali-kali Yuli menyampaikan permintaan maafnya. Kata Yuli, mata hatinya dibutakan cinta palsu Agil hingga nggak bisa melihat kejujuran sahabatnya sendiri.
“Gue bener-bener menyesal, elo mau maafin gue kan, Ning?” Ning tersenyum tipis mendengarkan rasa penyesalan Yuli, cewek itu jujur mengakui kesalahannya. Sore itu, dia memang sengaja ke rumah Agil mau minta penjelasan cowok itu. Saat Yuli mau masuk, dia mendengar pertengkaran antara Ning dan Agil. Dan Yuli benar-benar nggak menyangka, Agil tega berbuat seperti itu padanya. Ternyata, sifat cowok itu benar-benar basi!

“Elo nggak rugi putus sama Agil? Dia kan cakep!” tanya Ning menyelidik. Yuli tertegun mendengar pertanyaan Ning. Dia sendiri tidak tahu akan perasaannya. Dia memang pernah sangat mencintai Agil. Tapi setelah tahu sifatnya, rasanya cintanya sudah terbang entah ke mana. Dan dia nggak akan pernah menyesali keputusannya.
“Gue malah bersyukur bisa terlepas dari Agil,” putus Yuli akhirnya. “Elo pasti akan dapat pengganti yang lebih segalanya dari Agil, Yul. Elo cantik, pandai bergaul, pasti banyak cowok yang mengejar elo!”
“Asal saja ngejarnya jangan pakai batu ya, Ning?” gurau Yuli. Keduanya tertawa lepas.
“Yul… soal omongan elo kemarin. Bener nih gue pagar yang tega makan tanaman?” tanya Ning. Yuli tersenyum tipis. Kemudian menggeleng perlahan.
“Sorry, Ning, gara-gara Agil gue jadi ngomong yang nggak-nggak sama elo. Gue nyesel banget, gue tahu kok elo nggak akan pernah jadi pagar yang makan tanaman. Elo sahabat sejati gue dan gue nggak akan pernah lagi menyangsikan ketulusan persahabatan yang elo berikan pada gue.”
“Berarti ?” Ning menggantung kalimatnya.
“Itu berarti elo bukan pagar tapi kambing!” kata Yuli penuh tawa. Wajah Ning memerah, bukan apa-apa sih cuma Yuli ngomongnya di tengah jalan. Karuan aja orang-orang yang di jalan jadi heran melihat mereka. Senja pun turun saat dua orang sahabat itu kembali menjalin persahabatan yang sempat terputus karena salah paham.

Senin, 29 Juni 2009

Nyobain nGinstaLl Opera Mini Ke Nokia 2626

Akhirnya aku mencoba menginstall opera Secara tampilan terkesan bersih. Yang jelas gak ada tulisan-tulisan berbahasa planet di start page-nya seperti di versi mod.
tapi melihat start page opera mini 4.0 jadi bete. Gak ada form isian untuk fast search via google. Diganti dengan yahoo(!!). Untuk wikipedia juga gak ada. Cuman ada 2 form isian(di versi mod ada 3: untuk masukin url address, google search, satu lagi bisa diganti antara wikipedia,dictionary.com, dan google news).
Memejet softkey ke menu…hemmm..tetep dikit seperti opera ‘asli’ pada umumnya. Paling ya di settingan itu ada dikit2 tambahan. Tapi selaen map untuk memudahkan navigasi halaman, gak ada yang bener-bener worthed untuk disebut.
Tapi yah, namanya juga aplikasi gratisan, can’t really complain about it. Lagian ya emang sih dia kan emang cuman dimaksud sebagai browser doank. Jadi males kali ya dia(mereka, sang pengembang) nambah2 fungsi yang mereka anggep gak perlu(teteup aja versi mod pasti lebih asik secara suka dikasi fitur-fitur tambahan yang kadang benernya juga suka gak nyambung ma fungsi utama si aplikasi, wekekek) Bagaimanapun opera mini tetep browser mobile paling top (en paling menghemat pulsa–well at least i thought so). Hooray.mini 4.0(versi asli, bukan mod-mod-an hehe)
Membuat Pensil 3 Dimensi

Cara membuatnya:

  • Pertama kita akan mengatur ukuran terlebih dahulu. Kita akan menggunakan standar ukuran dalam centimeter. Caranya : klik menu Customize>Units Setup.
  • Klik pilihan Metric dan ubah kotak kombo menjadi pilihan Centimeters.
  • Klik tombol System Unit Setup.
  • Pilih Centimeters dan klik tombol OK.
  • Selanjutnya kita akan mulai membuat objek dasar pensilnya. Kita akan menggunakan objek dasar berupa objek Cylinder. Klik tab Create>Geometry>Standard Primitives>Cylinder.
  • Buat objek di viewport Left (seperti tampak pada gambar).
  • Buka tab Modify.
  • Atur parameter seperti gambar dibawah.
  • Hasilnya akan tampak pada gambar berikut.
  • Dekatkan mouse Anda ke tulisan Perspective di viewport Perspective dan klik kanan, lalu klik opsi Edged Faces.
  • Anda akan mendapati objek tampak memiliki garis-garis pembentuk yang akan memudahkan kita dalam melakukan pengeditan selanjutnya.
  • Klik kanan tulisan Cylinder seperti petunjuk gambar dibawah dan klik pilihan Editable Poly.
  • Maka tulisan Cylinder akan berubah menjadi tulisan Editable Poly. Buka tanda plus disebelah tulisan Editable Poly. Klik pilihan Vertex.
  • Pilih Vertex-vertex seperti tampak pada gambar dibawah.
  • Klik tombol Collapse. Fitur ini berfungsi untuk menyatukan vertex-vertex yang kita pilih.
  • Lalu klik pilihan Edge seperti gambar dibawah.
  • Pilih edge seperti gambar dibawah.
  • Klik tombol Connect. Fitur ini berfungsi untuk menambahkan (connect) garis baru yang ingin kita tambahkan pada objek 3D kita.
  • Hasilnya kita akan punya penambahan sebuah garis baru, seperti tampak pada gambar dibawah.
  • Selanjutnya klik pilihan Polygon.
  • Lalu kita pilih bagian sisi depan, seperti gambar dibawah.

  • Tekan tombol M dikeyboard untuk membuka Material Editor.
  • Pilih warna hitam pada kotak bertuliskan Diffuse disampingnya.
  • Lalu tekan tombol Assign Material to Selection seperti pada gambar. Kita dapat memberikan warna untuk bagian-bagian lain dari objek pensilnya.
  • Hasilnya tampak seperti pada gambar.
Hasil final utak-atik pensilnya kira-kira seperti gambar dibawah ini

Pensil 3 Dimensi

Semoga Bermanfaat...
Hi teman- teman ne Q berbagi Ilmu yG Q dapatkhan slama Belajar D1 di MAGISTRA UTAMA Purwokerto tetang Phothoshop yaitu mengenal style yG da Pd Phothoshop''' akan membahas masalah Style dalam Photoshop, dengan Style Photoshop kita bisa membuat banyak kreasi seperti bingkai / frame foto, banner, efek foto, dll...

Ok tanpa berlama - lama mari kita mulai, pertama adalah memunculkan jendela Style
Caranya:

Pilih Window - Style (Dalam Hal ini Style Harus Sudah TerCENTANG)

Hasilnya:

Gambar di atas adalah jendela STYLE

Kita bisa memilih macam - macam Style sesuai dengan yang disediakan

Ok, Sebagai Contoh:
Coba kita menggambar kotak dengan menggunakan Rectangle Tool, kemudian pilih / klik style yang diinginkan. Disini saya mencoba beberapa Style diantaranya:


Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, dengan sedikit kreasi kita bisa membuat efek - efek menarik lainnya:
diantaranya adalah FRAME FOTO
[+] Klik gambar untuk memperbesar ukuran


masih banyak lgy ce sbnr'Y pi tu dlo yG bsa Q berikan lain X saya akan tambahkan catatan saya'''

foto berita artikel E-475 M merupakan generasi terbaru notebook Gateway yang menawarkan perpaduan performance yang prima ditunjang dengan daya tahan battery yang tinggi. Maka inilah Gateway E-475 M, dengan desain yang elegan dan ‘otak’ baru dari Intel mobile Dual Core Processor, menjadikan E-475 M sebagai salah satu notebook tercepat saat ini dengan daya tahan battery yang memuaskan.
E-475 M memang didesain klasik hitam sebagai notebook bisnis pada umumnya seperti pendahulunya, M-465 E. Dengan lengkung desain clamsell dan perlengkapan prosesor Intel 2.2-GHz Core 2 Duo T7500, memory 2 GB memang menunjang kecepatan E-475 M sebagai notebook tercepat yang mengoperasikan Windows Vista. Selain itu Gateway E-475 M ini juga dengan sangat mudah dan cepat menjalankan aplikasi kelas tinggi seperti game-game 3D, walaupun kualitas suaranya tidak begitu istimewa. Berikut adalah spesifikasi lengkap dari notebook 'super' ini :
  • Processor Intel Core 2 Duo T7500
  • Memory 2 GB
  • Sistem Operasi Windows Vista Business
  • Display (Projector) / Diagonal Size: 15.4
  • Storage Hard Drive : 100 GB
  • Layar WXSGA 1680 x 1050
  • Optical Storage / Type: DVD±RW Double Layer
Untuk layar, Gateway tidak memakai layar glossy seperti yang banyak dipakai notebook-notebook keluaran terbaru saat ini, namun memakai tampilan yang lebih bersifat tidak memantulkan cahaya.

Minggu, 28 Juni 2009

Hy All Welcome In My Blog's

Duh.... akhirnya Q bsa kerj juja slma 19 tahun Q hidup hnya mnta Ortu'' akhirnya krG Q bsa bntu Ortu wlpN Q hny pkerja Sbagai OP warnet pi Q ttp bersyukur kepada-Nya,,, wlpn gji hnY sberapa pi plG tdk bsa bntu Ortu meringankN bbAn''' Wlpn beliau tidak MngharapkAn Imbalan dri Q beliau Ridho N Ikhlas membiayai skolah Q dr TK smpe kuliah D1 di MAGISTRA UTAMA Purwokerto... memAnG kasih sayanG Beliau tak hbs spanjanG msa.

ThanxZz My Parent's berkat Engkau Q krg bsa mnjadi Bgini Loph You my parent's